- Fluktuasi kuantum dalam interpretasi latar gelombang mikro (cf. NASA/WMAP Science Team, 2010) mengenai sejarah terbentuknya alam semesta (hal. 139-150);
- Uraian diagram Feynmann mengenai penjumlahan sejarah dalam teori elektrodinamika kuantum (QED) (hal. 112-117);
- Proses kerja "Game of Life" (hal. 182-192) (cf. Conway, 1970).
Atau mungkin saya saja yang terlalu bodoh? Wkwk... Buku ini tidak dianjurkan sebagai bacaan sebelum tidur; tetapi cukup ampuh untuk mengatasi kantuk ketika Anda berdiri berjejelan di bis menuju kantor.
Terlepas dari klaim penerbit bahwa buku ini cocok untuk pembaca umum, klaim yang diperoleh dari beberapa pengulas bahwa Hawking memiliki selera humor yang baik dapat saya pahami--meskipun beberapa humor tersebut tergolong renyah ketika saya yang bukan fisikawan membaca analogi konyol sementara pada saat yang bersamaan saya sedang berjuang memahami hukum tersebut.
Intinya, saya tidak bisa tertawa lepas ketika tidak memahami. Hal ini menyerupai suatu situasi bahwa Tuhan tidak campur tangan dalam penciptaan alam semesta. Bagi saya, itu data baru. Dan data baru tersebut masih belum dapat saya proses karena masih ada beberapa hal yang berkonflik seperti sebagai berikut:
- Sekarang semua fisikawan percaya bahwa elektron itu ada meskipun tidak dapat dilihat (hal. 50). Apabila Tuhan juga bersifat tak tampak, kenapa doi tidak mempercayaiNya seperti pada elektron? Begitu pula dengan quark. #FisikaNuklir #FisikaKuantum.
- Pelabelan campur tangan Tuhan terhadap konstanta kosmologis (cf. Einstein dalam "Relativitas Umum") bukan sesuatu yang bersifat seperti kromodinamika yang memiliki fungsi praktis dalam renomalisasi ketakterhinggaan semata (cf. CERN).
NOTA BENE
Dari perspektif publikasi, sebagai penerjemah saya berpendapat bahwa ada beberapa konsep yang tidak diterjemahkan dengan tepat seperti kata 'teori efektivitas' < 'effective theory' yang mungkin sebaiknya dipadankan dengan 'teori yang berlaku'. Hal ini perlu dilakukan untuk mengontraskan konsep yang sedang di bahas dalam paragraf tersebut agar lebih mudah dipahami (hal. 35; cf. hal. 191).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar